Ukiran Lambang Burung Garuda 2 Dimensi
Detail Produk Ukiran Lambang Burung Garuda 2 Dimensi
Ukiran Lambang Burung Garuda 2 Dimensi Desain Full Ukiran Khas Jepara Elegan Nasionalis
Ukiran Lambang Burung Garuda 2 Dimensi Ukuran 42 cm x 42 cm berbahan dasar kayu jati solid , sangat cocok untuk mengisi Interior Furniture ruang kantor anda hotel rumah, memberikan suasana elegan Nasionalis pada kantor rumah hotel anda,
Ukiran Lambang Burung Garuda 2 Dimensi Produk Pengrajin Mebel Ukir Jepara
Ukiran Lambang Burung Garuda 2 Dimensi dikerjakan oleh pengrajin mebel ukir jepara yang ahli dan profesional dibidangnya, kontruksi pembuatan dengan pengawasan ketat sehingga menghasilkan produk kami berkualitas, kami juga memproduksi furniture interior dan eksterior kursi tamu , kursi makan , kursi teras , kursi tamu minimalis , kursi makan minimalis , sofa, dipan ukir, dipan minimalis , tempat tidur ukir , tempat tidur minimlais , lemari pakaian , lemari minimalis , bufet , bufet minimalis , cradensa , meja rias , tolet , rak buku , kursi sudut , bangku , bale bale , nakas , kursi goyang , partisi / penyekat ruangan , meja telepon , sketsel , mimbar , jam hias , gebyog , kaligrafi , lemari pajangan , Relief , kamar set , kitchen set , dan semua perabotan rumah tangga yang anda butuhkan . juga sanggup melayani pesanan mebel : Mebel Kayu Jati, Mebel Ukir, Mebel minimalis, Mebel Modern, dan Mebel ukir jepara lainnya. jadi percayakan Furniture Rumah, kantor, hotel anda karna kami adalah ahlinya.
Warna Finishing Ukiran Lambang Burung Garuda 2 Dimensi
Warna Finishing Ukiran Lambang Burung Garuda 2 Dimensi Menggunakan Warna Finishing Salak Brown Glossy Yang Menambah Elegan Ukiran Lambang Burung Garuda 2 Dimensi Tersebut. Ukiran Lambang Burung Garuda 2 Dimensi Juga Dapat Dipesan Dengan Berbagai Macan Warna Finishing Yang Kami Tawarkan Sesuai Selera Anda Tentunya Dengan Kualitas Yang Tetap Terjaga
Keunggulan Produk Ukiran Lambang Burung Garuda 2 Dimensi Mebel Ukir Jepara
Keungulan Produk Ukiran Lambang Burung Garuda 2 Dimensi Mebel Ukir Jepara merupakan hal yang sudah menjadi tugas utama bagi para pengrajin dan pengusaha Mebel Ukir Jepara. kenapa Mebel Ukir Jepara selau mengedepankan totalitas dan kualitas ? karena kami tahu akan keinginan dan keibutuhan anda sebagai konsumen yang selalu ingin mendapatkan pelayanan yang terbaik, kualitas yang terbaik, kenyamanan dan penampilan exclusive dalam desain ruangan anda.
Untuk proses produksi atau pembuatan Produk Ukiran Lambang Burung Garuda 2 Dimensi Mebel Ukir Jepara, pengrajin mengandalkan Kayu Jati ciri khas Jepara. karena penggunaan Kayu ini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi para pembeli. maka dari itu kami tahu akan kwalitas dan keinginan yang selalu kami jaga. hanya kenyamanan dan keinginan pemakainya kami prioritaskan. Jadi sudah seharusnya para konsumen yakin akan kwalitas Produk Ukiran Lambang Burung Garuda 2 Dimensi Mebel Ukir Jepara.
Ukiran Lambang Burung Garuda 2 Dimensi Dan Sejarah Lambang Burung Garuda
Adalah Sultan Hamid II ,Perancangan lambang negara dimulai pada Desember 1949, beberapa hari setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat oleh Belanda. Kemudian pada tanggal 10 Januari 1950, dibentuklah Panitia Lencana Negara yang bertugas menyeleksi usulan lambang negara. Dari berbagai usul lambang negara yang diajukan ke panitia tersebut, rancangan karya Sultan Hamid II lah yang diterima.
Sultan Hamid II (1913–1978) yang bernama lengkap Syarif Abdul Hamid Alkadrie merupakan sultan dari Kesultanan Pontianak, yang pernah menjabat sebagai Gubernur Daerah Istimewa Kalimantan Barat dan juga Menteri Negara Zonder Portofolio pada era Republik Indonesia Serikat.
Setelah disetujui, rancangan itupun disempurnakan sedikit demi sedikit atas usul Presiden Soekarno dan masukan berbagai organisasi lainnya, dan akhirnya pada bulan Maret 1950, jadilah lambang negara seperti yang kita kenal sekarang. Rancangan final lambang negara itupun akhirnya secara resmi diperkenalkan ke masyarakat dan mulai digunakan pada tanggal 17 Agustus 1950 dan disahkan penggunaannya pada 17 Oktober 1951 oleh Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Sukiman Wirjosandjojo melalui PP 66/1951, dan kemudian tata cara penggunaannya diatur melalui PP 43/1958.
Meskipun telah disahkan penggunaannya sejak tahun 1951, tidak ada nama resmi untuk lambang negara itu, sehingga muncul berbagai sebutan untuk lambang negara itu, seperti Garuda Pancasila, Burung Garuda, Lambang Garuda, Lambang Negara, atau hanya sekedar Garuda. Nama Garuda Pancasila baru disahkan secara resmi sebagai nama resmi lambang negara pada tanggal 18 Agustus 2000 oleh MPR melalui amandemen kedua UUD 1945.
Garuda Pancasila terdiri atas tiga komponen utama, yakni Burung Garuda, perisai, dan pita putih.
Burung Garuda merupakan burung mistis yang berasal dari Mitologi Hindu yang berasal dari India dan berkembang di wilayah Indonesia sejak abad ke-6. Burung Garuda itu sendiri melambangkan kekuatan, sementara warna emas pada burung garuda itu melambangkan kemegahan atau kejayaan.Pada burung garuda itu, jumlah bulu pada setiap sayap berjumlah 17, kemudian bulu ekor berjumlah 8, bulu pada pangkal ekor atau di bawah perisai 19, dan bulu leher berjumlah 45. Jumlah-jumlah bulu tersebut jika digabungkan menjadi 17-8-1945, merupakan tanggal di mana kemerdekaan Indonesia diproklamasikan.
Perisai yang dikalungkan melambangkan pertahanan Indonesia. Pada perisai itu mengandung lima buah simbol yang masing-masing simbol melambangkan sila-sila dari “dasar negara” Pancasila.bagian tengah terdapat simbol bintang bersudut lima yang melambangkan sila pertama Pancasila, Ketuhanan yang Maha Esa. Lambang bintang dimaksudkan sebagai sebuah cahaya, seperti layaknya Tuhan yang menjadi cahaya kerohanian bagi setiap manusia. Sedangkan latar berwarna hitam melambangkan warna alam atau warna asli, yang menunjukkan bahwa Tuhan bukanlah sekedar rekaan manusia, tetapi sumber dari segalanya dan telah ada sebelum segala sesuatu di dunia ini ada.
Di bagian kanan bawah terdapat rantai yang melambangkan sila kedua Pancasila, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Rantai tersebut terdiri atas mata rantai berbentuk segi empat dan lingkaran yang saling berkait membentuk lingkaran. Mata rantai segi empat melambangkan laki-laki, sedangkan yang lingkaran melambangkan perempuan. Mata rantai yang saling berkait pun melambangkan bahwa setiap manusia, laki-laki dan perempuan, membutuhkan satu sama lain dan perlu bersatu sehingga menjadi kuat seperti sebuah rantai.
Di bagian kanan atas terdapat gambar pohon beringin yang melambangkan sila ketiga, Persatuan Indonesia. Pohon beringin digunakan karena pohon beringin merupakan pohon yang besar di mana banyak orang bisa berteduh di bawahnya, seperti halnya semua rakyat Indonesia bisa “berteduh” di bawah naungan negara Indonesia. Selain itu, pohon beringin memiliki sulur dan akar yang menjalar ke mana-mana, namun tetap berasal dari satu pohon yang sama, seperti halnya keragaman suku bangsa yang menyatu di bawah nama Indonesia.
Kemudian, di sebelah kiri atas terdapat gambar kepala banteng yang melambangkan sila keempat,Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Lambang banteng digunakan karena banteng merupakan hewan sosial yang suka berkumpul, seperti halnya musyawarah di mana orang-orang harus berkumpul untuk mendiskusikan sesuatu.
Dan di sebelah kiri bawah terdapat padi dan kapas yang melambangkan sila kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Padi dan kapas digunakan karena merupakan kebutuhan dasar setiap manusia, yakni pangan dan sandang sebagai syarat utama untuk mencapai kemakmuran yang merupakan tujuan utama bagi sila kelima ini.
Pada perisai itu terdapat garis hitam tebal yang melintang di tengah-tengah perisai. Garis itu melambangkan garis khatulistiwa yang melintang melewati wilayah Indonesia.Warna merah dan putih yang menjadi latar pada perisai itu merupakan warna nasional Indonesia, yang juga merupakan warna pada bendera negara Indonesia. Warna merah melambangkan keberanian, sedangkan putih melambangkan kesucian.
Pada bagian bawah Garuda Pancasila, terdapat pita putih yang dicengkeram, yang bertuliskan “BHINNEKA TUNGGAL IKA“ yang ditulis dengan huruf latin, yang merupakan semboyan negara Indonesia. Perkataan bhinneka tunggal ika merupakan kata dalam Bahasa Jawa Kuno yang berarti “berbeda-beda tetapi tetap satu jua”. Perkataan itu diambil dari Kakimpoi Sutasoma karangan Mpu Tantular, seorang pujangga dari Kerajaan Majapahit pada abad ke-14. Perkataan itu menggambarkan persatuan dan kesatuan Nusa dan Bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai pulau, ras, suku, bangsa, adat, kebudayaan, bahasa, serta agama. Belanja Mudah Tanpa Keluar Rumah Harga Murah Kualitas Mewah Produk Mebel Ukir Jepara Ukiran Lambang Burung Garuda 2 Dimensi